
"aku memang tak pernah menyesal dengan "jauh"nya kita. aku tak pernah mempermasalahkannya, membuatnya sebagai sesuatu yang serius dan patut untuk dikeluhkan, karena aku suka sendiri ke mana-mana. merasakn semua dengan diri sendiri.
tapi, di kemudian hari, ternyata itu menjadi sesuatu yang cukup serius dan di luar dugaan.
bertahan di sini, memang tak mudah. terlalu banyak yang akan "menarik"ku darimu. terlalu banyak orang yang tak suka dengan sikapku yang terus bertahan menunggu.
aku memang tak pernah mengira ini semua akan terjadi. aku tak pernah membayangkan apa yang aku harus lakukan jika memang benar terjadi. dan, benar saja, aku hanya bisa diam. ya, diam, itu sikap bijak yang kurasa bisa kuambil kali ini. aku biarkan mereka melakukan apa yang mereka suka. biarkan mereka senang dengan "mainan" mereka. nati kalau mereka lelah, juga akan berhenti.
aku tahu, setiap pilihan pasti akan ada konsekuensinya, ntah itu jauh ataupun dekat. inilah kita sekarang, jauh, dengan segala konsekuensinya dari pilihan kita.
aku tak pernah menyesal dengan ketidak adanya dirimu di sini. aku tak mau egois dengan mementingkan perasaanku sendiri untuk menahanmu di sini lantas tak boleh pergi. aku masih punya akal sehat untuk bisa menentukan. tapi, aku sekarang gontai untuk berjalan, mereka cukup membuatku goyah. cukup membuatku tersentak tak berdaya. tolong bantu aku, kuatkan aku, tahan aku, agar aku tak pergi, setidaknya tak ada niat untuk itu. aku hanya takut mereka akan berhasil membawaku pergi ke tempat yang akupun tak tahu di mana.
akhirnya, aku berusaha sekuat mungkin, semoga aku tak ter"tarik". kemudian aku hanya bisa berkata dalam anganku, kalau saja kamu di sini, mereka tak akan melakukan ini, tak akan berkata tentang itu, dan tak akan terpikir untuk yang tadi.
ya inilah kita, jauh. meskipun begitu aku berusah tegar"