ASSALAMUALAIKUM WR.WB

WELCOME, ENJOY THE BLOG

Tuesday 13 December 2011

is not as simple as you think

Tanpa bermaksud apa-apa, note ini dibuat.
Gak bermaksud buat curhat colongan apalagi mengeluh.
Anggep aja ini informasi--penting, pake banget:

kalian pasti tau apa itu jarak.
Sesuatu yang membuat sesuatu menjadi sesuatu *jiaaah,kena virus Syahrini*
Yang pasti bakal ngejauhin sesuatu.
Oke, kenapa sama jarak?
Apa salah dia pake diomongin segala?
Gara-gara jarak ini lah, akhirnya mengurangi (banget) intensitas buat ketemu.
Walau sebenernya jauh di mata dekat di hati, tapi tetep aja itu jauh.
Gara-gara jarak ini juga, waktu itu jadi berharga banget, walau cuma sebentar.
Cuma bisa ngandelin ilmu bayang-bayang--bukan kenyataan.
Gara-gara jarak ini juga, jadi dapet hikmah menunggu. Yang punya tujuan yang mulia dan misterius.
Dan jarak ini gak bisa memendek kayak umur makhluk hidup.

Di lain pihak, sebenernya jarak bukan hal riskan yang perlu dikawatirin.
Sekarang udah ada sinyal telpon dan jaringan internet.
Tapi,(ada tapinya) mereka itu suka ngajak perang dunia ke-3.
Ntah apa maksudnya dengan pengiriman pesan singkat yang suka pending. Mungkin itu kejebur di selat Sunda atau ntah apa namanya.
Atau operator yang sirik dan gak bisa liat orang bahagia.
Nah, malah suudzan, kan?Ckckck

Lalu kenapa juga dengan internet.
Ya si, itu bisa jadi alternatif lain.
Tapi, (tetep pake tapi) gak setiap hari ng-akses internet.
Bisa aja postingnya sekarang balesnya ntah kapan tahun itu.
Takutnya karna saking lama gak dibales bakal dijadiin sarang nyamuk dan laba-laba, juga bakal dapet piring cantik.

Jadi, kalo kalian bilang ini mudah, jelas aja gak mudah--pake banget(lagi).
Kalian pikir nunggu itu enak?
Kalian kira kehambat karena sesuatu yang bodoh--yaitu cuma gara-gara sinyal--itu gak dongkol?
Gak segampang yang kalian kira.
Ini semua butuh ilmu lebih.
Ngelebih-lebihin ilmu mata kuliah.

Karena ini ilmu hidup.
Yang perlu pengorbanan, keyakinan, keikhlasan, dan keberanian.

Jangan pernah coba-coba kalo sekiranya belum sanggup. Kalian pasti bisa gila.
Karena sekali lagi, ini gak semudah yang kalian kira.

Percayalah

Thursday 8 December 2011

.

Saya punya pulpen.
Sangat bagus, mahal harganya, dan manarik perhatian yang melihatnya.
Tapi, saya tak tahu mengapa pulpen itu tak berfungsi sebagaimana mestinya--sebagai alat untuk menulis.
Padahal saya sangat amat membutuhkan keberadaan pulpen itu sekarang.
Yang ada saya sekarang malah menggunakan pensil. Walau hasilnya tidak semaksimal pulpen.
Sepertinya pulpen itu hanya pajangan.
Tapi setidaknya ketika ditanya saya memiliki pulpen atau tidak, saya pasti jawab "iya, saya memiliki pulpen bagus". Dengan sangat bangga.

"deg". Tiba-tiba

Awalnya biasa aja.
Diem.
Meratiin.
Menganalisis.
Mulai kerasa dampaknya.
Otak mulai kasih berita.
Jantung berdegup lebih kencang.
Agak sedikit nyeri di dada.
Badan jadi anget--menuju ke panas.
Mata berkaca-kaca sedih.
Ekspresi wajah berubah.
Emosi meningkat--jengkel, marah & gak terima.
Akhirnya sadar.
Oh, ini ya yang namanya cemburu

Monday 5 December 2011

Tiar: diam-diam.

Diam-diam.
Aku berjalan perlahan.
Pergi kemudian mati.
Itu sudah manusiawi.

Sunday 4 December 2011

Dengarkanlah

Aku punya cerita menarik.
Apa kau ingin mendengarkan?
Tapi mengapa wajahmu seolah tak tertarik bahkan sebelum aku memulai ceritaku.

Aku mencoba melanjutkan ceritaku dengan caraku, walaupun mataku tak fokus karena ragu tuk melanjutkan.
Kau diam. Kupikir kau menyimak ceritaku. Maka kulanjutkan.
Belum habis aku pada ujung ceritanya, lantas kau memulai berbicara.
Kupikir kau berbicara yang satu tema dengan ceritaku. Ternyata tidak, kau memulai ceritamu bahkan dengan orang lain. Bukan aku.
Aku yang seketika itu hanya bisa terdiam.
Mataku menerawang.
Hatiku seperti mendapat reaksi yang berbeda dari biasanya.
Otakku bekerja di keadaan yang mengejutkan itu.
Lalu saraf memberikan berita.
Dalam hati berkata, "o, ini ternyata namanya diabaikan"

Kadang kita pernah melakukannya, atau serinng bahkan.
Memang, mengabaikan itu gampang. Tinggal tak mendengarkan lalu selesailah perkara.
Tapi coba pikir, bagaimana rasanya jika tak didengarkan?
Sakit. Satu kata itu cukup mewakili berjuta perasaan yang dialami saat kita diabaikan.

Memang, kadang orang datang dengan cerita yang tak sesuai dengan kondisi hati kita.
Tapi, hargailah sekecil apapun itu.
Karena suatu saat kita pasti akan minta untuk didengarkan.

Sebelum kita meminta didengarkan, maka dengarkanlah!

Thursday 1 December 2011

asal usul

“I’m the most beautiful children in my home”
Inget sama kata-kata ini di tugas pre-Intermediate writing pak Patuan Raja tentang deskripsi diri sendiri.

Bukan bermaksud sombong atau narsis, tapi itulah kenyataannya.
Ini buktinya:



Ini foto keluarga di wisuda pertama ITB bulan Oktober 2009. Wisuda anak pertama bapak sama ibuku. Liat, kan berapa anak bapak sama ibuku? Ya, tiga anak dengan dua anak laki-laki dan satu anak perempuan, yaitu aku.



(Ini foto pas liburan ke Bandung Juli 2011 kemaren.)

Nah, kan, aku gak narsis, kan? Emang bener kenyataannya kalo memang aku anak paling cantik di rumah*secara dua sodaraku cowok semua.haha*



Yang paling besar, itu masku. Namanya Aprian Eka Rahadi, sebut saja Rian(memang nama sebenarnya). (katanya single) 24 tahun, sekarang kerja di salah satu perusahaan swasta di Bandung. Sambil nyambi kuliah S2 di ITB (lagi).

Kalo yang imut(artinya cari sendiri ya), dia adekku. Namanya Reza Aditya Rahadi, panggilannya Reza*kadang suka kupanggil Ejot.haha*. Dia anak SMP yang obsesi sama basket. Sebagai anak umur 13 tahun, dia tinggi. Tinggi dia agak sedikit lebih daripada aku.

Ya, kami keluarga RAHADI. *I’m proud to say that ^_^*

Sebagai anak perempuan semata wayang, udah pasti bakal terpengaruh sama pergaulan anak laki-laki. Dari dulu gak pernah main boneka-bonekaan sama mereka*ya mereka mana mau lah*. Dari kecil udah akrab sama mainan cowok kayak; mobil-mobilan, kelereng, wayang, dan lain sebagainya. Paling kalo mau mainan yang agak cewek dikit ya main sama tetangga.

Pola pikir juga jadi ikutan kayak cowok. Tapi aku masih suka sama cowok, gak suka sama cewek -__-. Aku jadi suka warna-warna yang gelap, ya seperti cowok kebanyakan. Model baju juga ikutan kayak cowok. Suka pake kaos yang simple, pake celana, dan suka pake topi. Jujur aku punya rok pendek buat main satu-satunya ya pas kelas 6 SD, selebihnya gak ada.

Ini juga cikal bakal kenapa aku suka sendirian ke mana-mana, yaitu karena sodaraku laki semua. Mau ngajak mereka main juga pasti pada sibuk sendiri, kalopun gak sibuk mereka juga gak mau. Akhirnya itu kebawa sampe umurku 19 tahun. Sekarang ini.

Sampe sekarangpun, dengan penampilan yang udah kayak gini. Masih ada sisa-sisa dari pas dulu aku SMP. Masih cepet jalannya, suka warna-warna yang gak terlalu terang, suka hal-hal yang simple, sama suka pake atribut yang katanya biasa dipake sama cowok.

Sampe pernah ada temenku yang bilang gini,”kalo kamu gak berkerudung mungkin kamu udah pake celana sama kaos ya kalo maen?” Haha aku ketawa dengerin temenku bilang gitu. Tapi emang iya, kalo aku gak berhijab gini, pasti aku bakal cenderung tomboy gitu.

Ada lagi yang komen, kalo aku jalan kayak orang ngajak perang. Cepet dan terkesan nantangin. Haha, ya gimana geh, aku kalo pas jalan bareng mas Rian yang punya kaki panjang itu pasti harus ngimbangin. Dia selangkah aku dua langkah, kalo gak cepet ya bakal ketinggalan. Makanya kebawa sampe sekarang.

Memang aneh si, kenapa sampe jadi kayak gini. Ibu si gak ngebatesin terlalu ketat karena memang aku orangnya keras kepala. Lagian apa yang aku lakuin dari dulu sampe sekarang gak berlebihan—yang jadi kayak cowok gitu. Alhamdulillah masih dalam syariah Islam.

Tapi gini-gini, aku cantik lho. Percaya gak? Ya percayalah, aku kan cewek. Hehe ^^v