ASSALAMUALAIKUM WR.WB

WELCOME, ENJOY THE BLOG

Saturday 13 August 2011

tiar: jangan terlalu jauh


"Kamu itu anak ibu perempuan satu-satunya.
cuma kamu teman ibu.
ibu tak ingin kamu terlalu jauh dari ibu.
kamu tahu, ibu selalu mendoakanmu di setiap saat.

Kamu itu mudah sekali sakit.
badanmua begitu rentan dan mudah terserang.
ibu tak ingin menjadi sulit untuk mengunjungimu nanti.

Ibu sangat mengandalkanmu.
siapa yang akan ibu mintai tolong jika kamu jauh.

Ibu gampang sekali rindu.
akan menjadi mudah buat ibu untuk ibu bertemu denganmu jika kita dekat.

ibu tak pernah menghalangimu,nak.
tapi, ibu ingin yang terbaik untukmu.
apa yang ibu doakan itu bukan semata untuk keinginan ibu.
itu semua untuk kebaikanmu sendiri.
ibu tak mau di kemudian hari terjadi sesutau yang akan menyulitkan dirimu.
di manapun itu, sejatinya ibu selalu mendukungmu. anak kesayangan ibu yang paling cantik.
ibu tak pernah mengekang apalagi melarang mimpimu.
ibu selalu sayang dirimu, nak.
percayalah, seorang ibu tak akan pernah ingin anaknya tak bahagia.
inilah yang terbaik dari Allah.
pahamilah

*Di awal memang semua terlalu terlihat tak sesuai. saat mimpi yang seharusnya dibentuk sendiri, ini malah dipilihkan.
semua berjalan dengan terpaksa, tanpa ada rasa ikhlas.
mencoba mengatur dan membentuk kembali, tapi malah dianggap tak mensyukuri.
padahal setiap orang punya kesempatan masing-masing.
menganggap jahat dan berpihak sebelah atas keputusan yang telah terjadi.
hingga akhirnya menemukan titik balik, yang mencerhakan gelap.
mungkin kata ibu benar. saya mencoba menyimpulkan sendiri.
mungkin ini jalan terbaik untuk saya.
bukan untuk siapa-siapa.
Allah Maha Mengetahui apa yang hamba-Nya butuhkan, bukan yang dia inginkan.
terima kasih ibu, aku sayang ibu*"

Tuesday 9 August 2011

tiar: dialog tembok

hai tembok?
Apa kabarmu?
Aku sendirian, tidak kedinginan.

semuanya terjadi seperti biasa.
ya sudahlah, aku malas menuntut banyak.
Tiap orang punya hidup masing-masing,kan?

Seperti lirik lagu,
"biarku yang mengalah, aku terima"
Aku sangat terima.
Ya, sangat amat.

Aku terbiasa untuk itu, tembok.
Aku Terbiasa untuk bilang "ya, gak pa2 kok,nyantai aja" walau aku tau hatiku sangat sakit dan aku ingin berteriak dan berkata "kamu itu jahat banget si!!!", tapi itu hanya ada di imajinasiku, bukan di dunia nyataku.

Aku tak mau mereka tahu betapa jahatnya mereka kepadaku. Akhirnya aku cuma bisa tersenyum.
Senyum Monalisa-yang tak tau artinya bahagia atau bersedih-

Aku sekarang jadi suka membiarkan.
Aku mencoba untuk tak peduli lebih dalam dan selalu menggunakan kata mengapa di setiap kalimat.
Aku tak mau jadi ibu yang selalu mau ingin tahu apapun itu.
Aku ingin menjadi apatis.
Menjadi awan yang berarak sendirian di langit.
Menjadi embun yang menetes perlahan di daun.
Aku ingin tak peduli.

Namun, itu bukanlah aku.
yang suka khawatir.
Suka ingin tahu dan terlibat.
Suka mendengarkan dan menyimak.
Bukan yang sepintas lalu.


Hei tembok, masih terlalu banyak yang ingin disampaikan.
Tapi aku enggan bercerita banyak.
Aku jadi enggan berbagi padamu.
Aku enggan membagi isi kepalaku.

Ya sudah.
Aku terbiasa seperti ini.
Ditinggal lagi.
Walau mungkin aku sangat berusaha untuk tidak meninggalkan.

Terakhir, aku tak butuh tanggapan! Aku pinjam pundakmu, aku mau menangis.