Hai. Apa kabar kamu di sana? Menyapamu kali ini bukan bermaksud untuk mengulang apa yang kita sudahi. Bukan. Sama sekali bukan. Aku hanya sekedar ingin tahu kabarmu. Itu saja.
Semakin berjalan ke sini. Terlalu banyak pertanyaanku tentang apa yang sudah dan belum terjadi. Entah mengapa saat itu kau begitu kuat membawaku ke duniamu--yang nyatanya sangat awam bagiku yang belia saat itu. Kamu memerkenalkan duniamu dengan penjelasan yang tergesa-gesa dan kurang menarik. Sayang, kamu kurang sabar menurutku. Kamu tak tahu siapa "murid"mu saat itu.
Aku tak mengerti. Terlalu banyak pertanyaan di dalam otakku yang masa itu masih ingin tertawa lepas saat mengejar capung di padang rumput. Aku mau muntah. Pusing tak bisa berpikir.
Kapasitas otakku tak sanggup menampung pertanyaan kenapa kamu begitu ingin aku seperti maumu. Menjadi aktris dalam skenario buatanmu. Wajar jika aku terdiam, aku kurang napas. Aku kelelahan. Namun, kamu anggap jika aku tak berniat untuk melanjutkan perjalanan.
Aku terlalu sering terjatuh di tartan lintasan larimu. Na'asnya kamu hanya bertolak pinggang melihatku dari kejauhan bukannya membantuku bangun.
Lantas aku juga menyadari kebodohanku yang tak lekas mengungkapkan semuanya. Aku adalah prajurit yang takut melapor pada jendralnya karena aku masih amatiran. Dan kamu tak menyadari lemahnya prajuritmu ini.
Hingga pada akhirnya, aku menemui titik jenuh pada reaksi kimiaku. Dia membeku dan tak bisa terpakai. Walau banyak percobaan untuk membangkitkan reaksinya, tapi gagal total.
Satu hal yang memang sangat kusayangkan. Sayang, kamu hanya kurang sabar. 07/02/2013 15:11
No comments:
Post a Comment